Author Archives: hnumhaq

Jenis-Jenis Termometer

Standar

Dalam bukunya Robert Briffault (1938) berjudul The Making of Humanity disebutkan bahwa Ibnu Sina merupakan ilmuwan pertaman yang menggunakan termometer udara untuk mengukur suhu.  Dalam kehidupan sehari-hari yang banyak kita temukan adalah jenis termometer badan baik berupa termometer pipa kapiler ataupun termometer digital. Termometer pipa kapiler yang menggunakan merkuri dapat membeku pada suhu –40oC dan mendidih pada suhu 360oC. Dengan demikian, bagaimana para ilmuwan dapat mengetahui suhu yang sangat panas? Hal inilah yang mendorong para ilmuwan untuk terus melakukan inovasi mebuat termometer yang lainnya. Berikut jenis-jenis termometer yang ada sekarang ini:

1. Termometer pipa kapiler. Jangkauan ukur –40oC sampai dengan 360oC. Biasa digunakan untuk termometer badan.

2. Termokopel. Jangkauan ukur –250oC sampai dengan 2600oC. Memiliki akurasi yang kurang akurat tetapi pengukuran suhu yang relatif cepat.

3. Hambatan Platina (RTD “ Resistance Termometer Devices) memiliki jangkauan ukur –200oC sampai dengan 850oC. Tingkat akurasi yang lebih  akuran tetapi kecepatan pengukuran yang lambat.

4. Termistor. Memiliki jangkauan ukur –60oC sampai dengan 300oC. Tetapi kurang akurat dengan kecepatan respon  pengukuran yang sedang.

5. Infra merah. Jangkauan ukur–50oC sampai dengan 3000oC. Tingkat akurasi yang rendah tetapi respon pengukuran yang cepat.

6. Pyrometer. Jangkauan ukur >1000oC. Tingkat akurasi yang kurang tepat dengan respon pengukuran yang sedang.

SUHU dan Termometer

Standar

Suhu adalah suatu besaran pokok yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat dan dapat dinyatakan dengan angka. Termometer bekerja dengan memanfaatkan sifat termometrik zat yang dijadikan pengisi termometer, yaitu sifat fisik zat yang berubah karena perubahan suhu.

Beberapa sifat termometrik zat seperti:
1. pemuaian      kolom cairan dalam pipa kapiler
2. hambatan      listrik seutas kawat platina
3. pemuaian      suatu keping bimetal
4. pemuaian      tekanan gas pada volume tetap
5. radiasi      yang dipancarkan benda

Pembuatan skala pada termometer raksa. Ada 4 langkah untuk menentukan skala sebuah termometer raksa:
1. menentukan      titip tetap bawah (titik lebur es murni)
2. menentukan      titik tetap atas (titik didih air murni)
3. membagi      jarak antara kedua titik tetap menjadi beberapa bagian yang jaraknya sama.
4. memperluas      skala di bawah titik tetap bawah dan di atas titik tetap atas

Skala atau satuan suhu yang digunakan dalam sistem internasional adalah skala kelvin, dimana nol kelvin adalah suhu paling rendah yang mungkin dimiliki oleh suau benda. Pada suhu nol kelvin, partikel-partikel sama sekali tidak bergerak (diam). Karena itu, suhu nol kelvin disebut juga suhu nol mutlak.

Beberapa skala termometer yang dijumpai dalam keseharian adalah skala celcius. Angka-angka untuk titik didih tetap bawah dan titik tetap atas skala-skala termometer ditunjukkan pada tabel di bawah ini!


Nah, untuk urusan konversi skala..triknya adalah..

  1. Tentukan titik atas dan bawah dari dua skala yang dibandingkan
  2. tuliskan rumusan perbandingannya.

KALOR (Q)

Standar

Berdasarkan serangkaian percobaan beberapa fisikawan, seperti Sir James Prescolt Joule (1818-1889), Francis Bacon (1561 – 1626), Robert Boyle (1627-1691) dan Robert Hooke (1635-1703) diperoleh kesimpulan bahwakalor didefinisikan sebagai bentuk energy yang berpindah dari satu zat ke zat lain akibat perbedaan teperatur. Jadi kalor bukanlah berbentuk zat yang berpindah seperti anggapan sebelumnya.

Lalu bagaimanakah kalor itu dapat diketahui nilainya? Seperti halnya besaran lain, kalor juga dinyatakan dalam satuan energi kalor yaitu dalam satuan kalori. Para ahli mencoba memberi kesepakatan untuk mendefinisikan satuan kalori ini seperti satuan lainnya (coba buka kembali materi kelas 1 tentang definisi dari masing-masing satuan besaran pokok). 1 kalori didefinisikan sebagai jumlah energy yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature 1 gram sebesar 10C dari temperature 14,50C menjadi 15,50C. Berdasarkan percobaan alat Joule menunjukkan gerak mekanis alat sebesar 4,186 joule ternyata akan menaikkan temperature air sebesar 10C. Sehingga kita peroleh hubungan 1 kalori = 4,186 J ~ 4,2 J atau 1 joule ~ 0,42 kalori

Kalor jenis (c) dan Capasitas kalor ( C )

Bagaimanakah kalau zat selain air ingin dinaikkan temperature sebesar 10C, apakah diperlukan 1 kalori juga? Kalau kita perhatikan, tenyata masing-masing zat memerlukan energi kalor yag berbeda untuk menaikkan suhunya. Ada yang zat yang mudah panas juga ada yang lama naik suhunya. Dengan demikian kita perlu mendefinisikan besaran lain yang disebut dengan kalor jenis (c “ specific heat capacity).Secara matematis ditulis

c=Q/m∆t

Dari rumusan tersebut dapat kita fahami bahwa jika suatu zat kalor jenisnya bernilai kecil, ini artinya zat tersebut mudah berubah suhunya, lebih cepat panas dan lebih cepat dinginnya. Dari rumusan inilah kita dapat menentukan besarnya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhunya ( ∆t), yaitu

Q=mc∆t

Besaran yang melibatkan seluruh massa zat yang yang terlibat pada pertukaran kalor adalah Kapasitas kalor dimana C =m.c

Efek Doppler

Standar

Fenomena: ketika kita mendekati sumber bunyimaka frekuensi yang terdengar akan lebih keras. Sebaliknya jika kita menjauhi sumber bunyi maka frekuensi yang didengar akan lebih kecil. Peristiwa ini pertama kali dipikirkan oleh fisikawan Austria bernama Christian Johan Doppler (1803 – 1855). Dengan demikian peristiwa seperti ini dikenal dengan efek Dopller.

Secara umum, efek doppler dialami ketika ada gerak relatif antar sumber bunyi dan pengamat. Jika cepat rambat bunyi diudara saat itu adalah v, kecepatan pengamat vp dan kecepatan sumber bunyi vs dan frekuensi yang dipancarkan sumber adalah fs, maka secara perhitungan frekuensi yang didengar oelh pengamat adalah:

fp = frekuensi pendengar
fs = frekuensi sumber
v  = kecepatan bunyi di udara
vp = kecepatan pendengar
vs = kecepatan sumber

Perjanjian Tanda:
Cara 1

vp + = pendengar mendekati sumber

0 = pendengar diam

= pendengar menjauhi sumber

vs ( – ) = sumber mendekati pendengar
(+) = sumber menjauhi pendengar

0 = sumber diam

Cara 2

Tentukan arah P – S : arah Positif

Sumber bunyi/ pendengar  yang geraknya searah dengan  arah P – S = kecepatannya bertanda positif

Contoh:

Sebuah kereta api bergerak mendekati stasiun dengan kecepatan sebesar 20 m/s. Peluit  kereta api yang memiliki frekuensi 2000 Hz dibunyikan. Bila cepat rambat bunyi diudara 340 m/s, tentukan frekuensi yang didengar orang yang berada didalam stasiun!

Kereta

(sumber bunyi “S”)   <——— ++ ———–  Pengamat (P)

Dilihat dari gerakannya, kita peroleh data:

vp = 0 karena pengamat sedang diam

vs bertanda negatif karena arah geraknya berlawanan dengan arah dari P-S / mendekati pendengar,

maka rumusnya kita tulis:

Mengapa pada malam hari petir terdengar lebih keras?

Standar

Simak Jawaban berikut:

Perhatikan gambar! Pada konsep pembiasan, jika sinar datang dari medium lebih rapat (kaca sbg lapisan atas) menuju medium yang kurang rapat (udara “air ~eng” sbg lapisan bawah) maka tampak sinar tersebut dibiaskan menjauhi garis normal (perpendicular). Dengan demikian  Pada siang hari, udara pada lapisan atas lebih dingin daripada lapisan bawah. Pada suhu dingin, cepat rambat bunyi lebih kecil daripada ketika suhu panas. Dengan demikian, kecepatan bunyi pada lapisan udara atas lebih kecil daripada lapisan udara bawah. Ini berarti medium lapisan atas (suhu dingin) lebih rapat daripada medium di lapisan bawah. Jadi pada siang hari, bunyi petir mengalami pembiasan menjauhi garis normal.

Perhatikan gambar! Jika sinar ini datang dari medium kurang rapat (udara sbg lapisan atas) melewati lapisan medium yang lebih rapat ( water) maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Dengan demikian pada malam hari, udara pada lapisan bawah lebih dingin daripada udara di lapisan atas.  (Merasa khan kalau pada malam hari cuaca terasa lebih  dingin daripada siang hari?). dengan demikian , kecapatan bunyi dibawah lebih lambat daripada di lapisan atas. Ini berarti, pada malam hari medium udara di atas tanah(lapisan bawah) lebih rapat. Berdasarkan hukum pembiasan, gelombang akan mengalami pembiasan mendekati garis normal jika melewati medium yang lebih rapat (lihat fenomena sedotan yang terlihat membengkok ketika di dalam air. Ingat! Medium air lebih rapat daripada medium udara) Makanya bunyi terdengar lebih keras karena guntur lebih mendekat kerumah anda.

Proses terjadinya hujan

Standar

Proses

Dalam tahun 2011 ini, daerah di Indonesia di hadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Kedatangan musim kemarau ternyata tidak bisa kita temui di tahun ini. Tentunya periode 2 musim hujan itu sendiri membawa efek negatif bagi kondisi lingkungan seperti banjir juga terjadinya gagal panen.

Lalu, apakah hujan itu?


Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air.

Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal.

Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju.

Hujan tidak hanya turun berbentuk air dan es saja, namun juga bisa berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh ke permukaan bumi jika bertemu dengan udara yang kering, sebagian ujan dapat menguap kembali ke udara. Bentuk air hujan kecil adalah hampir bulat, sedangkan yang besar lebih ceper seperti burger, dan yang lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan besar memiliki kecepatan jatuhnya air yang tinggi sehingga terkadang terasa sakit jika mengenai anggota badan kita.

Hujan Buatan

Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. Ujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.

Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai / danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia dan sejahtera.

Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.

Hukum Gravitasi Newton

Standar

Setelah mempelajari sejarah perkembangan gravitasi, sekarang kita akan lebih memperdalam lagi tentang gravitasi Newton.

Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri bumi, yaitu benda-benda ditarik ke arah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap benda-benda ini dinamakan gaya gravitasi bumi. Berdasarkan pengamatan, Newton membuat kesimpulan bahwa gaya tarik gravitasi yang bekerja antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda. Kesimpulan ini dikenal sebagai hukum gravitasi Newton. Hukum ini dapat dituliskan sebagai berikut.
F=(G.m1. m2)/r2
Keterangan:
F : gaya tarik gravitasi (N); m1, m2 : massa masing-masing benda (kg); r : jarak antara kedua benda (m); G : konstanta gravitasi umum (6,673 x 10–11 Nm2/kg2)

Gaya gravitasi yang bekerja antara dua benda merupakan gaya aksi reaksi. Benda 1 menarik benda 2 dan sebagai reaksinya benda 2 menarik benda 1. Menurut hukum III Newton, kedua gaya tarik ini sama besar tetapi berlawanan arah (Faksi = – Freaksi).

Contoh 1. Bintang sirius merupakan bintang paling terang yang terlihat di malam hari. Bila massa bintang sirius 5 × 1031 kg dan jari-jarinya 25 × 109 m, maka tentukan gaya yang bekerja pada sebuah benda bermassa 5 kg yang terletak di permukaan bintang ini?
Diketahui : a. m1 = 5 × 1031 kg
b. m1 = 5 kg
c. r = 25 × 109 m
Ditanyakan : F = …?
Jawab:

F=(G.m1. m2)/r2 = 2.668 N

Perkembangan Teori Gravitasi

Standar

Gravitasi merupakan gaya interaksi fundamental yang ada di alam. Para perencana program ruang angkasa secara terus menerus menyelidiki gaya ini. Sebab, dalam sistem tata surya dan penerbangan ruang angkasa, gaya gravitasi merupakan gaya yang memegang peranan penting. Ilmu yang mendalami dinamika untuk benda-benda dalam ruang angkasa disebut mekanika celestial. Sekarang, pengetahuan tentang mekanika celestial memungkinkan untuk menentukan bagaimana menempatkan suatu satelit dalam orbitnya mengelilingi
bumi atau untuk memilih lintasan yang tepat dalam pengiriman pesawat ruang angkasa ke planet lain.

Sejak zaman Yunani Kuno, orang sudah berusaha menjelaskan tentang kinematika sistem tata surya. Oleh karena itu, sebelum membahas hukum gravitasi Newton, ada baiknya apabila Anda juga memahami pemikiran sebelum Newton menemukan hukum gravitasi.

Plato (427 – 347 SM) ilmuwan yunani mengemukakan bahwa bintang dan bulan bergerak mengelilingi bumi membentuk lintasan lingkaran sempurna. Claudius Ptolemaus pada abad ke-2 M juga memberikan pendapat yang serupa yang disebut teori geosentris. Teori ini menyatakan bumi sebagai pusat tata surya, sedangkan planet lain, bulan dan matahari berputar mengelilingi bumi. Namun, pendapat dari kedua tokoh tersebut tidak dapat menjelaskan gerakan yang rumit dari planet-planet.
Nicolaus Copernicus, ilmuwan asal Polandia, mencoba mencari jawaban yang lebih sederhana dari kelemahan pendapat Plato dan Ptolemaus. Ia mengemukakan bahwa matahari sebagai pusat sistem planet dan planet planet lain termasuk bumi mengitari matahari. Anggapan Copernicus memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan pandangan mengenai tata surya. Namun, pertentangan pendapat di kalangan ilmuwan masih tetap ada. Hal ini mendorong para ilmuwan untuk mendapatkan data pengamatan yang lebih teliti dan konkret.

Tyco Brahe (1546–1601) berhasil menyusun data mengenai gerak planet secara teliti. Data yang Tyco susun kemudian dipelajari oleh Johannes Keppler (1571–1630). Keppler menemukan keteraturan-keteraturan gerak planet. Ia mengungkapkan tiga kaidah mengenai gerak planet, yang sekarang dikenal sebagai hukum I, II, dan III Kepler. Hukum-hukum Kepler tersebut menyatakan:
1. Semua planet bergerak di dalam lintasan elips yang berpusat di satu titik pusat (matahari).
2. Garis yang menghubungkan sebuah planet ke matahari akan memberikan luas sapuan yang sama dalam waktu yang sama.
3. Kuadrat dari periode tiap planet yang mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata planet ke matahari.

Pendapat Copernicus dan hukum Keppler memiliki kesamaan bahwa gaya sebagai penyebab keteraturan gerak planet dalam tata surya. Pada tahun 1687, Isaac Newton membuktikan dalam bukunya yang berjudul “Principia” bahwa gerakan bulan mengelilingi bumi disebabkan oleh pengaruh suatu gaya. Tanpa gaya ini bulan akan bergerak lurus dengan kecepatan tetap. (Sesuai dengan inersia), gaya ini dinamakan gaya gravitasi.
Gaya gravitasi memengaruhi gerakan planet-planet dan benda-benda angkasa lainnya. Selain itu, gaya gravitasi juga penyebab mengapa semua benda jatuh menuju permukaan bumi. Pemikiran Newton merupakan buah karya luar biasa karena dapat menyatukan teori mekanika benda di bumi dan mekanika benda di langit. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan mengenai gerak jatuh bebas dan gerak planet dalam tata surya.

Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation

Standar

Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:
1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.
2. Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3. Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.

3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):

Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation

Tahap IMengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Tahap IIMerencanakan tugas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.
Tahap IIIMembuat penyelidikan. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
Tahap IVMempersiapkan tugas akhir. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap VMempresentasikan tugas akhir. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VIEvaluasi. Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

Terkait dengan efektivitas penggunaan metode Metode Group Investigation ini, dari hasil penelitian yang dilakukan  terhadap siswa kelas X SMA Kosgoro Kabupaten Kuningan Tahun 2009 menunjukkan bahwa:

Pertama, dalam pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Kedua, pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

Ketiga, pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

Keempat, adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Melalui pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

Dari hasil penelitian ini pula dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, diantaranya: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, (3) siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, (4) adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.